Cegah Stunting Itu Penting, Tim KKN Sains Unri Adakan Sosialisasi di SMPN 2 Bukit Batu

Dok : Terlihat mahasiswa KKN MBKM UNRI lakukan Sosialisasi Ke SMPN I Bukit Batu

BENGKALIS, Siletperistiwa.com – Mahasiswa KKN Sains UNRI melakukan Sosialisasi tepat hari Sabtu (03/08), Katanya mengayakan Menurut WHO, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Tidak hanya tinggi badan, stunting juga memengaruhi aspek lainnya, seperti menurunnya kemampuan perkembangan otak, dan meningkatnya resiko kemunculan penyakit metabolik.

Menurut Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, ada 21,5% balita yang mengalami stunting. Jika dibandingkan dengan tahun 2022, angka ini hanya turun sebanyak 0,1% dari yang tadinya 21,6%. Perkembangan ini terbilang sangat lambat jika dibandingkan dengan target tahun 2024 yang berada di angka 14%.

Untuk mempercepat penurunan angka stunting, banyak hal yang bisa dan perlu dilakukan sebagai pencegahan awal. Dalam hal tersebut, Tim KKN MBKM UNRI mengadakan sosialisasi terkait pencegahan stunting di SMPN 2 Bukit Batu. Sosialisasi ini dibuka oleh Viona Wulandari sebagai moderator sekaligus memperkenalkan anggota KKN kepada siswa/i SMPN 2 Bukit Batu. Setelah perkenalan, Shaohana Debora membuka sesi materi dengan memberikan penjelasan awal terkait pengertian stunting dan hal yang umum dibahas dalam topik stunting.

“Tidak semua balita yang pendek itu mengalami stunting, tapi semua balita yang mengalami stunting pasti pendek,” ujar Debora dalam pemaparan materinya. Debora juga menambahkan informasi terkait data balita yang mengalami stunting di Indonesia yang angkanya masih tergolong tinggi.

Lia Thearas kemudian melanjutkan sesi ini dengan memaparkan bahaya yang menghantui balita terdampak stunting. Bahaya ini tidak hanya merugikan balita itu dalam jangka pendek, namun berpengaruh pada kehidupannya di masa depan.

“Meskipun teman-teman SMP mungkin bingung apa pentingnya pemahaman akan stunting pada anak remaja yang bahkan belum berkeluarga, pencegahan stunting sangat dianjurkan untuk dilakukan sedini mungkin, bahkan sejak usia remaja. Hal ini karena dampak gizi buruk terjadi mulai pada pembuahan,” terang Lia sembari melanjutkan penjelasan.

Dilansir dari Halodoc (2022), hal yang dapat dilakukan oleh remaja sebagai langkah awal pencegahan stunting adalah menerapkan pola makan gizi seimbang, mencegah anemia dengan rutin minum tablet tambah darah (terutama pada remaja putri) dan makanan yang kaya zat besi, serta berolahraga minimal 30 menit sehari atau 150 menit per minggu ” Tutur Lia”

Setelah sesi materi, Viona kembali memandu acara dengan memberikan kesempatan pada 2 siswa untuk merangkum dan menyampaikan ulang materi yang telah dipaparkan sebelumnya. Dalam hal ini, Cheryl dan Adi berani untuk maju ke depan dan memberikan jawaban mereka. Sesi pertanyaan ditutup dengan Albert yang berhasil menjawab kuis yang diberikan.

Kegiatan ini kemudian ditutup dengan dokumentasi berupa foto dan video. Tim KKN MBKM SAINS FMIPA UNRI (Nature and Cultural Team) berharap agar sosialisasi ini bermanfaat bagi siswa yang mendengar serta dapat meningkatkan kepekaan akan bahaya stunting bagi balita. Bagi kita, 21,6% balita yang terdampak stunting mungkin hanya angka yang kita baca di berita dan menjadi informasi sekilas saja, namun balita-balita yang dihantui bahaya stunting itu sungguh ada di luar sana dan sosialisasi ini diharapkan dapat mengurangi angka stunting di masa yang akan datang.

Laporan : Zufahmi,S.Pd.I / Lia

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*