
PEKANBARU, Siletperistiwa.com – Penghujung Tahun 2024 sudah tidak lama lagi, waktu terus berjalan menuju awal Tahun 2025 sekaligus akan dimulainya babak baru Pemerintahan di Tingkat Propinsi ataupun Kota/Kabupaten di Indonesia dengan dilantiknya Gubernur dan Walikota/Bupati terpilih pada Pilkada silam.
Era kepemimpinan dari sosok pasangan baru ataupun yang terpilih ke priode kedua tersebut tentu akan menentukan arah kemajuan dari setiap Propinsi atau kota/kabupaten ke depan dengan segala visi misi dan janji politik yang telah ditawarkan ke masyarakat saat kampanye.
Pertanyaannya, apakah janji dan Visi misi itu akan terealisasi dengan baik dan membawa dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah?
Karena penulis melihat, khususnya untuk cakupan wilayah Propinsi Riau, terlebih khusus kota Pekanbaru, begitu banyak hal yang harus di benahi ataupun dilakukan pengembangan, bukan saja dari segi Tata Kota yang Tertib, Aman, bersih, pengembangan Infrastruktur/fasilitas umum yang lebih baik, peningkatan ekonomi, kesehatan, pendidikan masyarakat, dan bla..blaa..blaa lainnya.
Tapi Sosok pemimpin baru nanti juga memiliki peran penting dalam membina dan membentuk atau mengembalikan wawasan, karakter, adab, etika dan pola pikir masyarakat yang baik seperti masa silam. Dimana Agama, Adat dan Budaya terjaga dan dijunjung tinggi. Itu terlihat pada pola hidup yang saling menghormati, saling bekerjasama, penuh kedamaian dan kerukunan dalam toleransi dan sosial ditengah masyarakat pada masa itu.
Akankah itu bisa kembali???
Penulis sempat berbincang – bincang dengan beberapa orang tua, warga lama Kota Pekanbaru, saya memanggil salah satunya si Mbah, yang sekarang usianya kira – kira 100 tahun, berapa tepatnya, si Mbah pun sudah tak ingat lagi .
Kepada Penulis si Mbah menceritakan masa lalu tentang perkembangan kota Pekanbaru di masa tahun 70 an hingga tahun 90 an, dimana kota Pekanbaru seingat beliau masih sangat kecil, dan dikelilingi oleh hutan dan ladang. Ruas jalan penghubung sedikit dan masih sempit ( ukuran 4 – 6 meteran), pas ukuran 2 mobillah, tutur si Mbah. Dahulu alan Sudirman itu masih kecil, kantor walikota masih sederhana, ada yang separuh papan, kira – kira posisinya dulu di dekat samping jalan Hasanudin sekarang, lanjutnya.
Penduduk masih sedikit, dan kebanyakan bermukim di sepanjang aliran sungai Siak terutama daerah pasar bawah sekarang lho kak, sebut si Mbah. Kehidupan masa itu, masyarakat hidup sederhana, ya beladang, jualan dan mancing lho kak, gak ada yang aneh – aneh. Keramaian akan ada saat di putar layar tancap nak, atau saat hari Lebaran atau acara adat saja.
Penulis kemudian bertanya, apa perbedaan yang menyolok dari masa itu dengan masa sekarang kepada si Mbah. Dimana beliau menjawab sambil geleng – geleng kepala, yah sekarang sopan santun, etika dan rasa gotong royong itu sudah sulit untuk dilihat lagi nak. Dulu, semua punya sopan lho nak, magrib dah pada ngaji, malam dah sepi, kumpul dirumah atau warung kecil sambil ngopi. Anak muda jam 10 dah pulang kerumah. Amanlah nak. Sangat berbeda dengan masa sekarang, wes edan kabeh kata si Mbah dengan logat Jawa nya. Sekarang udah pada ngawur nak, sing pada lupa sejati ne, sing gak takut lagi sama Gusti Allah, wes edanlah nak, papar si Mbah.
Penulis melihat dan juga merasakan adanya sesuatu yang telah hilang dari seiring perjalanan perkembangan jaman pada kota Pekanbaru ini.
Dan inilah yang menjadi beban bagi para pemimpin, Tokoh Adat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda dan segenap lapisan masyarakat khususnya kota Pekanbaru.
Terkait adanya OTT oleh KPK baru – baru ini, kebanyakan masyarakat yang dijumpai oleh penulis, merasa senang, dan berharap agar semuanya diperiksa, bongkar jaringannya dan itu pasti terkoordinasi dan saling terkait.
Salah seorang warga, sebutlah inisial D, mengatakan, baguslah koruptor itu ditangkap, kita masyarakat mendukung sekali, dan jika bisa periksa semua nya, jangan tanggung – tanggung, periksa juga tiap dinas, bahkan DPRD bila perlu diperiksa juga.
Semualah diperiksa Pak, termasuk perusahaan, koperasi, Walikota, Gubernur dan lembaga yang layak diperiksa, tangkap koruptor dan tegak lurus untuk keadilan, sebutnya.
Proses perjalanan dalam perkembangan dan kemajuan kota memang selalu membawa dia sisi yang berdampingan, baik sisi positif dan juga sisi negatif. Berdasarkan pengamatan penulis, keberimbangan kedua sisi tersebut tak luput dari peran masyarakat. Rasa kepedulian yang telah mulai hilang harus di timbulkan kembali. Dan ini membutuhkan dukungan dan peran aktif dari Tokoh Agama, Adat budaya dan Tokoh Pemuda.
Bagaimana kita bersama membentuk terjadinya proses yang indah seiring kemajuan kota. Kota yang Tertib, aman, Indah dan bersih. Kota yang memiliki masyarakat yang penuh rasa peduli, agamais, ramah dan sopan.
Bagaimana kita secara bersama menolak hal – hal negatif di mulai dari sekitar lingkungan kita sendiri untuk perkembangan karakter dan pola pikir anak keluarga kita. Seperti mengawasi adanya jaringan Narkoba, tempat hiburan yang tidak layak baik secara agama dan budaya yang pastinya dapat merusak generasi muda. Meningkatkan kontrol sosial kita terhadap berlangsungnya kamtibmas di seputaran lingkungan kita sangatlah perlu, dan harus. Rasa ke tidakpedulian atau rasa tidak mau tahu harus dirubah. Dan ini harus dimulai dari setiap warga masyarakat, warga Pekanbaru dari segala kalangan atau profesi.
Penulis yakin dengan adanya jiwa kebersamaan gotong royong ini, dapat dengan perlahan tapi pasti mengembalikan situasi kota kita Pekanbaru semakin nyaman untuk ditinggali. Tidak ada rasa was – was lagi akan tindak kriminal ataupun kekerasan, moral dan mental anak muda, anak kita semakin baik dan kedepan dapat menjadi generasi bangsa yang dapat diandalkan untk Negara.
Kontrol Sosial dari kita segenap lapisn masyarakat sangat penting untuk mengimbangi efek negatif dari kemajuan jaman.
Salam Santun
Leave a Reply