
Kampar, Siletperistiwa.com – Puluhan petani kelapa sawit yang tergabung dalam Koperasi Kelompok Tani Kesatria Perkasa (KTKP) Bergerak menggelar aksi unjuk rasa di depan Mapolres Kampar, Riau, pada Jumat (18/7/2025). Mereka menuntut kejelasan atas kasus pengeroyokan yang diduga dilakukan oleh anggota salah satu organisasi masyarakat (ormas) sebulan lalu, yang hingga kini tak kunjung diproses serius oleh aparat.
Peristiwa pengeroyokan itu terjadi pada Selasa, 17 Juni 2025, di ruas jalan Pasir Pangaraian, Bangkinang, tepatnya di Batu Langkat, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar. Akibat insiden itu, empat anggota koperasi mengalami luka berat.
Ketua Koperasi KTKP, Hamdan, menyebut aksi ini sebagai bentuk kemarahan atas sikap pasif Polres Kampar terhadap laporan resmi mereka.
“Kami sangat kecewa dengan tindakan lamban Kapolres Kampar. Sudah satu bulan sejak kami melapor, tapi tak ada kejelasan. Seolah laporan kami dianggap angin lalu. Apakah kapolresnya takut sama pelaku? Apa kapolresnya tak bernyali menangkap pelaku?, ” tegas Hamdan.
Dalam aksi ini, sekitar 50 orang anggota KTKP turun langsung menyuarakan lima tuntutan, yang salah satunya adalah penahanan terhadap pelaku pengeroyokan yang sudah diketahui identitasnya.
Menurut Hamdan, pihaknya telah menyampaikan identitas terduga pelaku utama, seorang anggota ormas berinisial EEM, kepada penyidik. Namun hingga kini, belum ada langkah hukum dari aparat pemahan hukum khususnya Polres Kampar.
Setibanya di Mapolres Kampar, massa belum sempat melakukan orasi karena Ketua dan Wakil Ketua Koperasi langsung diminta masuk ke ruang mediasi. Hasil pertemuan tersebut menyebutkan bahwa Polres Kampar berjanji akan segera menyurati EEM dalam waktu dekat.
“Kami sudah kantongi identitas dan lokasi keberadaan EEM. Dalam waktu dekat, akan kami panggil,” ujar salah seorang penyidik Polres Kampar.
Sementara itu, Wakil Ketua Koperasi, Hendra Eka Saputra, mengultimatum akan menggelar aksi lanjutan jika dalam waktu satu minggu tidak ada perkembangan yang berarti dari pihak kepolisian.
“Jika tidak ada progres, kami akan demo lagi dengan massa yang lebih besar. Jangan sampai ada korban berikutnya, bisa saja nanti bukan hanya luka berat, tapi nyawa melayang. Diduga salah satu pelaku membawa senjata api, entah jenis apa. Polisi tidak boleh takut dengan ormas,” tegas Hendra.
Hendra juga mengungkapkan bahwa hingga hari ini, para petani masih dihantui rasa trauma dan ketakutan mendalam pasca-insiden tersebut.
Sementara itu, dalam pernyataan terpisah, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Budi Gunawan, menyatakan bahwa pemerintah tak akan mentolerir praktik premanisme yang dilakukan oleh ormas mana pun.
“Pemerintah tidak akan ragu menindak tegas segala bentuk premanisme dan aktivitas ormas yang meresahkan masyarakat serta mengintimidasi pelaku usaha,” tegas Budi dalam keterangannya.
KEND
Leave a Reply